Jumat, 12 April 2013

kakak yang itu, bila sedang berkacamata seperti itu, maka tingkat kekeceannya semakin genius!


Untuk kamu. Aku masih setia memerhatikan kamu dari sini, kamu sibuk sekali. Aku menulis surat ini ketika sedang memerhatikanmu. Semoga selalu dalam keadaan sehat ya, kemarin aku merasakan kebahagiaan yang tak mampu kusebutkan seperti apa. Kamu, pria yang mampu menghipnotisku sampai detik ini, aku masih mencintaimu dalam diam. Pernah beberapa kali aku berjumpa denganmu disetiap pagi memasuki gerbang kampus, dan aku percaya kamu pasti tidak menyadari adanya diriku. Kalau tiba waktunya isoma, aku selalu mengikutimu sholat berjama'ah dimushola kampus. Aku tau, kamu rajin banget sholat di kampus. Sampai pernah ada hari dimana aku bisa sholat berjama'ah denganmu dan kamulah imamnya, sungguh indahnya saat itu. Sholat berjamaah sama kamu aja udah aku jadikan hal terindah dalam hidup aku, apalagi kalau aku bisa hidup bersamamu selamanya, mungkin itu hal paling terindah yang sulit tergantikan oleh apapun. Sampai saat ini, aku selalu menikmati indahnya momen sholat zuhur berjama'ah bareng kamu, meskipun kamu tak sadari itu.

Tanpa kau sadari, kau selalu menginspirasiku. Ketika memerhatikanmu, maka otakku berbicara, secara refleks merekam kata-kata yang kemudian kujadikan bait-bait manis. Begitu seterusnya, siklus seperti itu belum pernah berakhir. Aku ingin kamu tetap bersedia menjadi bagian dari inspirasiku menyusun bait manis itu. Mungkin memang seperti pengecut, hanya berani mengungkapkan cinta lewat bait-bait manis untukmu. Terkadang aku memberanikan diri untuk mengungkapkan bait-bait manis itu, walau hanya beberapa bait. Kamu selalu kagum dan tak mampu membalas bait cintaku, hanya menjawab "i like it, maaf kk gak bisa bales, bukan pujangga" begitulah kira-kira.

Aku jatuh cinta padamu bukan pada pandangan pertama, tapi pada percakapan pertama. Selanjutnya hanya ada percakapan maya, aku belum menemukan percakapan yang kedua kalinya antara kau dan aku. Aku ingin bertemu dengan percakapan kedua itu, namun aku takut. Jika percakapan kedua itu ada maka aku akan kehilangan rasa cintaku selamanya. Kamu ingat gak percakapan pertama kita? Iya, Percakapan sederhana itu tlah menyimpan kesan luar biasa. Bertemu dgnmu baru beberapa waktu, hanya ada tatapan mata yang ragu, senyum yang kaku, dan detak jantungku yang melaju, lalu aku terpaku diam membisu layaknya ombak tak mampu berderu. Tak setitik pun kulihat kau membalas tatapanku, sekejap mata memandang tak pernah kau balas. Pernah saat itu aku senyum, kamu manyun. Aku serius, kamu bercanda. Terserah. Ku harap kamu tak menyesal.

Andaikan kau tau, aku disini menantimu. Ada hati yang bicara tentang cinta, memecah langit hitam, mengguncang dunia. Hatiku memanggil namamu. Ada sepasang mata yang tak pernah menjauh darimu, selalu setia menggapai bintang walau kenyataannya jauh. Sungguh ingin pena menumpahkan tintanya pada secarik kertas, mengirimkan kata mesra tentang cinta. Hanya padamu kukirimkan rasa yang belum juga kau mengerti. Rasa cinta ini begitu sulit dijelaskan, apalagi untuk diungkapkan. Aku mengagumimu, sejauh ini kurindukanmu, andaikan kau tau. Betapa aku menginginkan kau menjadi hidupku, andaikan kau tau. Ku ingin kau disini, selalu menemani cinta yang menangisi bintang yang belum tercapai. Kau akan kugapai, kujadikan kau malaikat cintaku. Kau bagaikan kobaran api yang selalu menjadi penyemangatku. Tiada hari tanpa memerhatikanmu, rasanya bagai bertemu pangeran dialam cinta, penuh angan mengenang dikau. Cintaku padamu terlihat nyata, tapi mengapa belum juga kau pahami? Perasaan ini benar adanya, tidakkah kau rasakan apa yang kurasakan ini? Sebuah cinta. Tidakkah kau dengar panggilan mesra itu? Cinta tlah menanti. Aku sedang menikmati sakitnya jatuh karena mencintaimu, tidakkah kau merasakan hal yg sama? Aku mengharapkan keajaiban cinta akan mengakhiri rasa ini, terungkap seluk beluk khawatir jiwa. Sambutlah cinta tulusku ini, hanya untukmu. Jangan pernah kau abaikanku bagai angin lalu. Bayangmu selalu bersama ragaku, tersimpan rapi dalam fikirku. Aku memang tak ingin kau tau, perasaanku yang tulus untukmu hanya disembunyikan dan tak kuberitau. Aku sadar, mengucapkan apa yang tlah bersemi difikirku itu sulit. Andai suatu saat kau bisa jadi milikku, takkan kubiarkan kau pergi sedetikpun. Tuhan tolonglah, aku sendiri tak mengerti, ingin memiliki namun seperti mimpi. Bagaimana agar aku bisa tau fikirmu? Aku sangat mengharapkanmu, dengarlah hatiku, aku cinta kamu.
Setiap hari aku menulis surat cinta untukmu, dengan sengaja tlah kulukis wajahmu, sosok yang tak akan kugenggam itu kutanam dalam bait laguku, mendekap  dalam binder batikku, kuungkapkan bait-bait cinta lewat do'a dan kukirimkan ke kamu lewat mimpi yang tak pernah berakhir. Aku terpaku dalam satu nama, angan indah itu bersemayam seiring waktu mengusir rupa. Saat mencoba melupakan sosokmu, aku meragukan ombakmu, langkah perahuku menari kecil. Kesedihan yang diterpa badai mulai kembali beriringan pasir. Kamu cukup dibeberkan diduniaku saja, tidak didunia maya atau bahkan didunia lain. Beribu kata indah yang mengalir, tak pernah bisa kau seka, kau tak pernah tau maksudnya, kau pun tak ingin tau, kau acuh kan saja. Mengapa? Sampai kapan? Pertanyaan yang terlontar tak akan terjawab olehmu. Mungkin kamu gak tau, apa itu cinta? mengapa ada cinta? siapa yang kamu cinta? dimana hatimu? kapan kamu bisa merasakan cinta? bagaimana cara mencintai? Itulah beberapa pertanyaan yang tak kutemukan adanya jawaban darimu. Sekarang, malamku akan terasa indah jika aku bisa menikmatinya denganmu, walau hanya melalui pesan singkat.

Perlahan namun pasti aku mulai meresap tiap detik kehidupanmu. Melalui seberkas pesan singkat yang kau curhatkan padaku, aku mengetahui butir-butir keseharianmu. Aku tau, kamu hanya tinggal bersama seorang adikmu yang bekerja. Aku tau, kamu melihara kucing yang banyak hanya untuk nemenin kamu dirumah kalau adik kamu lagi kerja. Aku tau, ayah kamu kerja di luar kota dan ibumu barangkali udah di surga. Kamu dituntut untuk menjadi seorang ayah, seorang ibu, seorang abang, juga seorang KT, dan kamu terlihat sanggup menjalani semua itu. Aku terharu sama perubahan dalam hidup kamu. Waktu kamu SMA, yang aku tau, kamu lebih banyak diam dan gak suka berorganisasi. Sekarang, kamu berperawakan yang banyak bicara, banyak bekerja, aktif berorganisasi. Nah! Perubahan itu yang membuatku jadi mengenalmu. Pertemuan kedua dengan kamu, mengalir begitu saja, jantungku berlari kencang ketika pertemuan kedua itu memberanikan aku bicara denganmu. Aku benar-benar bahagia ketika kita hendak berpisah karena sudah larut sore, dan kamu bilang “dek, hati-hati ya” subhanallah. Perhatian sekecil itu adalah perhatian yang kudambakan dari kamu.

Aku suka sama pria yang rajin sholat lima waktu seperti kamu, aku berharap bisa selalu dekat kamu agar aku tidak lupa sholat lima waktu. Aku merindukan sosok pria impian yang kelak akan menjadi imamku, seperti kamu. Kamu sudah berumur 20 tahun, sudah kuberikan kado spesial itu, kado pertamaku untuk kamu. Aku berharap kamu suka kadonya, apalagi kalau sampai kamu mau memakainya, kado dariku. Semoga kamu terhindar dari masalah apapun, semoga kamu tetap menjadi pria yang dermawan sesuai nama kamu, yang aku harapkan kamu peka dengan keadaanku. Selamat ulang tahun, aku menunggu kamu. Disini, masih untuk kamu.